Bangsa Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan
bangsa-bangsa lain. Tahun 1960-an tidak banyak perbedaan antara
Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Sekarang kita-saat GDP per kapita
kita 2.300 dollar AS, Malaysia sudah mencapai 8.118 dollar AS, dan
Singapura sudah mencapai 38.972 dollar AS. Kita ketinggalan jauh, bukan?
Setelah 65 tahun Indonesia merdeka, saya melihat masalah pengangguran
dan kemiskinan masih belum terpecahkan secara memuaskan.
Puncak
dari refleksi saya akhirnya mengerucut pada kata entrepreneurship ketika
entrepreneurship saya nyatakan sebagai “kesanggupan mengubah kotoran
dan rongsokan menjadi emas”. Dalam konsepsi saya seorang entrepreneur
bukan hanya mampu menciptakan kerja bagi diri sendiri saja, namun ia
juga mampu melakukan perubahan yang dramatis dan kreatif (kotoran dan
rongsokan jadi emas), menghasilkan produk akhir yang disambut pasar
(seperti emas) dan mampu melipatgandakan sumber-sumber daya yang ia
miliki. Itulah yang sesungguhnya terjadi dalam diri saya sendiri, itulah
strategi kehidupan yang saya jalani tanpa saya sadari.
Berita
harian Kompas tanggal 18 Agustus 2010 dengan judul China Resmi Salip
Jepang memperkuat keyakinan saya. Selama 30 tahun terakhir pertumbuhan
ekonomi China berhasil mencengangkan dunia sehingga akhirnya pada tahun
2010, China berhasil mengungguli PDB Jepang dan dinobatkan jadi negara
adi daya ekonomi nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat. Padahal 5
tahun yang lalu PDB China baru mencapai angka 2.3 triliun dollar AS atau
sekitar separuh dari PDB Jepang.
Kemajuan ekonomi yang luar biasa
dari China adalah karena begitu banyak entrepreneur yang melakukan
kiprah inovasi di negara-negara tersebut. Semakin banyak entrepreneur
dimiliki oleh sebuah negara akan semakin makmur negara tersebut.
Menciptakan sebanyak mungkin entrepreneur di suatu negara jelas memiliki
kaitan dengan kesejahteraan bangsa tersebut, setidaknya terdapat 4
alasan:
- Solusi bagi dirinya sendiri, karena mereka tidak perlu jadi penganggur, mereka adalah pencipta kerja bagi dirinya sendiri.
- Solusi bagi sesamanya, karena dari pekerjaannya, mereka menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
- Solusi bagi komunitasnya, karena dari daya inovasinya ia akan mengubah kekayaan alam dan budaya Indonesia menjadi produk yang dibutuhkan dunia.
- Solusi bagi negara, karena dari hasil karya para entrepreneur, beragam pajak dapat dipungut untuk membiayai pemerintahan dan kelangsungan pembangunan
Adalah sangat mengkhawatirkan bagi masa depan
bangsa bila kita gagal menciptakan para entrepreneur pencipta kerja yang
mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Harapan kita, di
masa depan bertumpu pada para innovative entrepreneur Indonesia yang
sekarang masih berada di bangku-bangku sekolah kita. Mereka harus kita
persiapkan jadi entrepreneur baru untuk kesejahteraan Indonesia di masa
depan.
Sekarang tiba saatnya untuk membangkitkan kembali semangat
dan kecakapan innovative entrepreneurship untuk menghasilkan jutaan
entrepreneur baru bagi bangsa. Saya percaya melalui sebuah transformasi
yang terencana 25 tahun ke muka maka setidaknya 4 juta entrepreneur baru
akan tercipta. Itulah doa saya, itulah misi hidup saya, itulah juga
harapan saya.sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar